Permasalahan Dasar Pembangunan Ekonomi di Negara Berkembang

Permasalahan Dasar Pembangunan Ekonomi di Negara Berkembang
--- --- --- --- --- ---
Sebenarnya perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi di negara-negara yang sekarang disebut negara berkembang atau negara dunia ketiga baru dimulai setelah berakhirnya Perang Dunia II. Mengapa? Berikut ini alasannya :
  1. Kenyataan bahwa pada masa itu banyak negara berkembang yang sekarang masih menjadi negara jajahan. Para penjajah umumnya tidak merasa perlu memikirkan masalah pembangunan daerah jajahannya. Pada umumnya mereka membangun daerah jajahannya dengan tujuan untuk menciptakan keuntungan bagi negara mereka, bukan untuk menaikkan kesejahteraan penduduk daerah jajahan. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan yang dilakukan di daerah jajahan pada umumnya bertujuan menciptakan pasar bagi hasil industri yang berada di negaranegara panjajah atau untuk menyediakan bahan-bahan mentah yang diperlukan untuk industri tersebut.
  2. Pusat perhatian pemerintah negara-negara yang dijajah terletak pada usaha untuk membebaskan diri dari cengkeraman negara penjajah sehingga perhatian terhadap pembangunan ekonomi menjadi terabaikan.
  3. Kurangnya usaha dari para pemimpin masyarakat yang dijajah untuk membahas persoalan-persoalan pembangunan ekonomi karena yang menjadi tujuan mereka pada saat itu adalah memperjuangkan kemerdekaan. Dengan demikian, mereka mengesampingkan masalahmasalah yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.
  4. Kalangan para ahli ekonomi belum banyak yang melakukan penelitian dan analisis tentang pembangunan ekonomi. Pada umumnya, ahli-ahli ekonomi Barat lebih memusatkan perhatian mereka pada masalah kemelesetan ekonomi dan pengangguran karena pada masa tiga dasawarsa abad ini, masalah pengangguran dan depresi ekonomi merupakan masalah dunia.
  5. Pada masa sebelum Perang Dunia II, negara-negara penjajah tidak atau belum berkepentingan untuk memikirkan pembangunan ekonomi di negara jajahannya. Mereka hanya berkepentingan terhadap sumbersumber daya yang ada di negara jajahan.
  6. Para ahli ekonomi masih memusatkan perhatiannya pada persoalan bagaimana mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat resesi yang melanda seluruh dunia pada tahun 1930-an.
B. FAKTOR PENYEBAB MELUASNYA PERHATIAN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI NEGARA BERKEMBANG
--- --- --- --- --- ---
Ada beberapa faktor yang dipandang sebagai penyebab bertambah meluasnya perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi di negaranegara berkembang sebagai berikut :
  1. Berkembangnya cita-cita negara yang baru mencapai kemerdekaan untuk mengejar ketinggalan-ketinggalan mereka dalam bidang ekonomi dari negara maju.
  2. Adanya rasa peri kemanusiaan negara maju untuk membantu negaranegara berkembang mempercepat pembangunan ekonomi mereka dengan mengejar ketertinggalan ekonomi mereka dari negara-negara maju.
  3. Salah satu cara untuk mendapat dukungan dalam perang ideologi antara Amerika Serikat dan Rusia.
  4. Mempererat hubungan politik dan ekonomi antara negara maju dan negara-negara berkembang. Setelah Anda mempelajari alasan keterlambatan pembangunan ekonomi dan timbulnya perhatian terhadap pembangunan ekonomi, Anda akan lebih mudah memahami permasalahan dasar pembangunan ekonomi, khususnya di negara berkembang
C. PERMASALAHAN DASAR PEMBANGUNAN EKONOMI DI NEGARA BERKEMBANG
--- --- --- --- --- ---
Ada tiga permasalahan dasar/pokok yang dihadapi oleh negara berkembang. Apakah Anda sudah paham tentang ketiga permasalahan
tersebut? Untuk memahami ketiga permasalahan pokok tersebut, Anda dapat membaca uraian berikut ini. Tiga permasalahan dasar yang dihadapi negara berkembang sebagai berikut:
1. berkembangnya ketidakmerataan pendapatan,
2. kemiskinan,
3. gap atau jurang perbedaan yang semakin lebar antara negara maju dan negara berkembang.

Titik perhatian utama permasalahan dasar pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah distribusi pendapatan yang tidak merata. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara berkembang, menurut Irma Adelman Cynthia Taft Morris (1993), sebagai berikut.
  1. Menurunnya pendapatan per kapita.
  2. Inflasi, yaitu pendapatan uang bertambah, tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.
  3. Ketidakmerataan pembangunan antardaerah.
  4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive) sehingga persentase pendapatan dari modal lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja sehingga pengangguran bertambah.
  5. Rendahnya mobilitas sosial.
  6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
  7. Memburuknya nilai tukar (term of trade) negara berkembang dalam perdagangan dengan negara-negara maju sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor negara berkembang.
  8. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat, seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-lain.
Permasalahan dasar yang kedua adalah berkembangkanya ketidakmerataan pendapatan.
Pada negara berkembang, distribusi pendapatannya kurang merata dibandingkan negara-negara maju. Semakin maju suatu negara, distribusi pendapatannya akan semakin merata. Salah satu ukuran dari distribusi pendapatan dapat dilihat dari kurva Lorenz. Di samping kurva Lorenz, koefisien Gini sering dipakai untuk mengukur merata tidaknya distribusi pendapatan di suatu daerah/negara.

Permasalahan dasar yang kedua adalah kemiskinan. 
Dilihat dari kebijakan umum, kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, keterampilan, dan aspek sekunder yang berupa miskin jaringan sosial serta sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang kurang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah. Dengan kata lain, kemiskinan ini dapat ditimbulkan oleh dua hal, yaitu :
1. kemiskinan yang bersifat alamiah atau kultural dan
2. kemiskinan yang disebabkan oleh miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada dan yang biasa disebut dengan kemiskinan struktural.

Menurut Nurkse, terdapat dua jenis lingkaran perangkap kemiskinan yang menghalangi negara-negara berkembang untuk mencapai tingkat pembangunan yang pesat, yaitu penawaran dan permintaan modal.

Dilihat dari segi penawaran modal, lingkaran perangkap kemiskinan dapat dinyatakan sebagai berikut :
Tingkat pendapatan yang rendah disebabkan oleh produktivitas yang rendah. Produktivitas yang rendah menyebabkan kemampuan masyarakat untuk menabung rendah. Kemampuan menabung yang rendah akan menyebabkan tingkat pembentukan modal rendah sehingga menyebabkan suatu negara menghadapi kekurangan modal. Dengan demikian, produktivitasnya akan rendah.

Di lihat dari segi permintaan modal, corak lingkaran perangkap kemiskinan mempunyai bentuk yang agak berbeda. Dari segi permintaan modal, lingkaran perangkap kemiskinan dinyatakan sebagai berikut.
Di negara miskin, perangsang untuk melaksanakan penawaran modal adalah rendah. Hal ini disebabkan luasnya pasar untuk berbagai jenis barang terbatas. Terbatasnya luas pasar disebabkan pendapatan masyarakat rendah. Pendapatan yang rendah disebabkan produktivitas rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan modal yang terbatas pada masa lalu. Pembentukan modal yang terbatas ini disebabkan oleh kekurangan perangsang untuk menanam modal.

Apabila dirangkum analisis mengenai penghambat pembangunan ekonomi yang diuraikan di atas, pada hakikatnya teori perangkap kemiskinan berpendapat bahwa keterlambatan pembangunan ekonomi disebabkan oleh :
1. ketidakmampuan untuk mengerahkan tabungan yang cukup,
2. kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal,
3. taraf pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat relatif rendah.

Permasalahan dasar yang ketiga adalah adanya jurang perbedaan yang semakin lebar antara negara maju dan negara sedang berkembang.
Negara berkembang memiliki beberapa karakteristik yang kurang mendukung untuk maju, antara lain :
  • pendapatan riil per kapita rendah
  • makan, pakaian, dan perumahan kurang memenuhi syarat kesehatan
  • struktur masyarakat yang statis
  • masih adanya sikap hidup yang primitif
  • penduduknya tidak kreatif
  • dan sektor pertanian kurang produktif, padahal sektor pertanian ini merupakan mata pencarian terpenting bagi sebagian besar penduduk
D. FAKTOR PENGHAMBAT LAINNYA BAGI PEMBANGUNAN EKONOMI
--- --- --- --- --- ---
Di samping beberapa karakteristik yang dimiliki negara berkembang tersebut, ada beberapa faktor lain yang merupakan penghambat bagi pembangunan ekonomi di negara berkembang sebagai berikut :

1. Dualisme Ekonomi
Dualisme ekonomi merupakan dua sistem ekonomi yang berbeda, yaitu satu sistem ekonomi yang sudah modern dan sistem ekonomi yang masih tradisional yang hidup berdampingan dalam satu wilayah atau negara tertentu. Hampir semua negara berkembang menghadapi dualisme ekonomi. Di daerah perkotaan, perekonomiannya sudah maju, serbamodern, dan uang sebagai alat pertukarannya. Di sisi lain, di daerah perdesaan, perekonomiannya masih tradisional (subsistence) dan biasanya pertukaran masih dilakukan dengan sistem barter. Masih ada beberapa daerah terpencil yang hingga sekarang belum mengadakan kontak dengan dunia luar. Itu artinya belum mengadakan pertukaran dengan daerah luar. Sementara itu, di daerah yang potensial tambang/perkebunan, terkadang sudah terdapat “daerah kantong bagi industri asing” (foreign enclave industry) yang menciptakan triplisme di daerah perdesaan sebab perekonomian daerah kantong asing justru sudah pada tingkat ekonomi kapitalis tinggi.

Dualisme ekonomi itu mengandung tiga aspek penting berikut :
a. Perekonomian pasar (the market economy)
Sistem perekonomian pasar pada umumnya berada di daerah perkotaan. Daerah perkotaan ini biasanya merupakan sentral pemerintahan sehingga terdapat banyak gedung pemerintah, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas lainnya. Sementara itu, yang tinggal di kota-kota pun biasanya mereka yang tergolong pada white collar workers, yaitu para pekerja kantor yang terdiri atas pegawai negeri, guru, dokter, dan juga para pedagang. Meskipun pekerjaan mereka masih sederhana, mereka sudah melakukan spesialisasi kerja. Tingkat upah di daerah ini cenderung lebih tinggi daripada di daerah pedesaan karena biasanya terdiri atas para pekerja yang sudah terdidik. Sistem tersebut sudah menggunakan uang sebagai alat tukar-menukar.

b. Perekonomian subsisten
Dalam sistem perekonomian ini, masih ada beberapa daerah terpencil yang belum sempat berkomunikasi dengan pihak luar. Sistem tukar-menukar/transaksi dilakukan dengan sistem barter, yaitu barang ditukar dengan barang. Dalam kondisi normal, perekonomian subsisten bertindak memenuhi kebutuhannya sendiri (selfsufficient). Dalam arti, mereka melakukan kegiatan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk mengatasi masyarakat terasing dan statis ini, fasilitas perhubungan yang menuju tempat tersebut perlu ditingkatkan.

c. Daerah kantong asing (be foreign enclaves)
Yaitu daerah-daerah yang masih terbelakang, tetapi sudah terdapat industri-industri dengan teknologi tinggi capital intensive yang tinggi. Misalnya, di Venezuela, Libya, Indonesia (Pekan Baru, Dumai), dan lainlainnya. Sistem ekonomi di daerah kantong asing ini mirip dengan ekonomi kolonial. Itu artinya apa yang mereka hasilkan cenderung untuk diekspor, sedangkan hubungan dalam negeri hanya sebatas membayar upah-upah buruh. Daerah kantong asing (foreign enclaves) ini mempunyai pengaruh terhadap masyarakat, yaitu dapat mendidik orang-orang setempat untuk lebih maju.

2. Iklim Tropis
Pada umumnya, daerah-daerah terbelakang berada di daerah tropis, bahkan banyak teori mengatakan bahwa rendahnya produktivitas karena adanya iklim tropis. Mengapa bisa demikian? Berikut alasannya :

a. Kurangnya usaha manusia
Kurangnya usaha manusia ini disebabkan dalam iklim tropis pada umumnya panas dan lembap, kondisi ini menyebabkan manusia cepat lelah. Selain itu, karena di daerah tropis, berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik sekalipun pemeliharaannya kurang begitu baik. Akibatnya, manusia tidak pernah tertantang oleh keadaan sehingga menjadikan mereka cenderung pasif. Pada umumnya, seseorang akan berusaha keras dan kreatif kalau sudah terjerumus pada berbagai kesulitan. Berbeda dengan orang orang yang hidup di daerah yang beriklim dingin, mereka selalu kreatif dan berusaha menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan untuk persediaan nanti di musim sukar (dingin).

b. Banyak penyakit
Di daerah tropis, berbagai tanaman bisa hidup dengan baik. Namun, berbagai jenis penyakit dapat hidup dan berkembang dengan baik pula.

c. Keadaan pertanian tidak menguntungkan
Iklim tropis menyuburkan tanah. Di sisi lain, hujan yang berlebihan dapat melarutkan unsur hara tanah karena erosi sehingga tanah menjadi miskin (tandus). Hal itu juga dapat menyebabkan gagalnya panen (untuk daerah tertentu) karena terlanda banjir sampai beberapa hari/minggu dan banyaknya jenis hama/penyakit tanaman, misalnya hama wereng yang sangat menakutkan bagi para petani Indonesia.

3. Kebudayaan Tidak Ekonomis
Kebudayaan yang tidak ekonomis merupakan sikap mental atau adat istiadat yang menghalang-halangi penggunaan penuh tenaga manusia untuk menaikkan tingkat hidupnya karena sering bertentangan dengan eksistensi kebudayaan/tradisi yang sudah mengental dalam kehidupan masyarakat. Tradisi itu sebagai berikut :
  • Kesulitan-kesulitan filosofis dan agama, misalnya adanya takhayul dan kepercayaan, secara ekonomis cenderung boros. Hal ini karena setiap kegiatan memerlukan selamatan yang terkadang secara besar-besaran, seperti upacara tradisi, pesta perkawinan, dan lain-lainnya.
  • Status sosial penduduk, misalnya orang yang bertitel lebih terhormat dalam masyarakat daripada yang tidak bertitel meski prestasinya rendah. Sebaliknya, orang-orang yang berprestasi di kancah industri/ perdagangan belum tentu mendapat status yang terhormat sehingga ada semacam kecenderungan lebih baik menjadi “priyayi” saja agar terhormat.
  • Tidak adanya mobilitas dalam kesempatan kerja. Hal ini karena adanya sistem kasta, agama, suku bangsa, jenis kelamin, dan sebagainya.
  • Peranan keluarga: apabila seorang laki-laki telah berkeluarga, biasanya istri akan dibawa dan hidup bersama dengan orang tua suami. Akibatnya, penghasilan suami akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan satu keluarga tersebut sehingga mereka tidak pernah mempunyai kesempatan untuk berkembang karena beban tanggungannya cukup banyak.
  • Cengkeraman kebiasaan: hampir semua kegiatan berdasarkan turuntemurun, seolah-olah mereka terkungkung oleh tradisi yang sudah mengental dalam masyarakat dan sulit diadakan perubahan karena dianggap sebagai penyebab malapetaka (misalnya terdapat wabah penyakit).
  • Penggunaan uang terbatas: hal ini menyebabkan orang tidak antusias untuk bekerja keras karena jumlah dan macam konsumsi yang diperlukan terbatas. Ini berbeda dengan negara-negara maju. Kegiatan ini bersifat profit motive atau commercial oriented. Dengan banyak uang, mereka akan lebih terhormat dan akan dapat memenuhi berbagai kebutuhan secara variatif.
4. Produktivitas Rendah
Pada umumnya, produktivitas yang rendah disebabkan oleh kualitas manusia dan sumber alam negara yang bersangkutan, seperti kandungan mineral, air hujan, hutan, dan sebagainya. Akan tetapi, sebenarnya yang lebih urgen adalah kualitas tenaga kerjanya. Kondisi alam yang kurang mendukung dapat diatasi dengan teknologi jika kualitas angkatan kerjanya terdidik, kreatif, inovatif, dan terampil sehingga mampu membuat formulasi atau modifikasi teknik berproduksi, dari tanah kurang subur menjadi tanah yang cukup subur serta dari kurang produktif menjadi lebih produktif.

5. Jumlah Kapital Sedikit
Di negara berkembang, kapital merupakan faktor produksi yang langka. Kelangkaan ini dapat berarti mutlak dan dapat berarti relatif dalam hubungannya dengan investasi yang menguntungkan. Rendahnya kapital ini disebabkan produktivitas tenaga kerjanya rendah sehingga pendapatan negara tersebut juga rendah. Tabungan sebagai sumber pembentukan kapital pun rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan rendahnya dana kapital yang tersedia dan belum diolahnya sumber-sumber alam serta keterbelakangan penduduknya. Ketiga hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat investasi, baik dalam bidang human investment maupun capital investment. Kemudian, rendahnya investasi disebabkan oleh lemahnya dua kekuatan, yaitu rendahnya permintaan akan barang-barang ataupun rendahnya tingkat tabungan. Sementara itu, dua faktor yang terakhir ini lemah disebabkan rendahnya tingkat pendapatan dan rendahnya tingkat tabungan karena rendahnya produktivitas. Keadaan ini sering disebut dengan lingkaran setan (vicious circle).

6. Ketidaksempurnaan Pasar (Market Imprefection)
Ketidaksempurnaan pasar merupakan seperangkat masalah yang menyangkut imobilitas faktor-faktor produksi, harga-harga yang tidak luwes, tidak memperhatikan keadaan pasar, struktur sosial yang tidak mudah berubah, dan kurangnya spesialisasi. Hal ini merupakan penghalang bagi alokasi faktor-faktor produksi yang optimal sehingga banyak faktor produksi yang belum dikerjakan dengan baik.

7. Tingginya Tingkat Pengangguran
Masalah pengangguran bukan hanya masalah negara berkembang, tetapi juga negara-negara maju. Demikian pula masalah underemployment dan disguised unemployment yang kini tidak lagi monopoli di daerah perdesaan, melainkan meluas ke perkotaan dalam bentuk open employment atau pengangguran terbuka. Adapun sebab-sebab pengangguran di kota antara lain adalah banyaknya tenaga kerja yang pindah dari desa ke kota dan kota tidak mampu menampung tenaga karena kekurangan faktor produksi, terutama kapital. Perpindahan tenaga kerja tersebut berhubungan dengan push factors dan full factors (kekuatan yang mendorong dan menarik) perpindahan dari desa ke kota. Push factors itu meliputi hal berikut.
  • Terbatasnya kesempatan kerja di desa.
  • Keinginan untuk pindah didukung sarana transportasi dan pendidikan yang lebih baik. Sementara itu, full factors meliputi perkembangan industri di kota-kota yang menawarkan upah jauh lebih tinggi dibandingkan di perdesaan.
8. Tekanan Penduduk
Masalah kelebihan penduduk (over population) juga menjadi perintang perkembangan ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang, karena kecepatan produksi belum dapat mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk. Padahal, pertumbuhan penduduk yang cepat akan menuntut pertumbuhan produksi bahan makanan sehingga usaha produksi lainnya tertunda. Karena memang ekonomi negara-negara berkembang itu terdapat lingkaran setan (vicious circle) yang bermula dari pertumbuhan penduduk yang cepat, produksi bahan makanan harus ditingkatkan dan ini akan menghisap kelebihan daya beli yang sebenarnya untuk membeli barang-barang pabrik. Maka itu, daya beli output pabrik menurun karena untuk membeli bahan makanan. Di sisi lain, kelebihan penduduk perlu ekspansi industri agar tercipta kesempatan kerja. Karena akan menyedot dana tabungan yang semestinya bisa untuk investasi produksi di sektor lain, perkembangan ekonomi tertunda. Oleh karena itu, over penduduk dapat diatasi dengan imigrasi, transmigrasi, dan mengubah pola hidup serta dilaksanakannya program family planning.

9. Tanah dan Penggunaannya Kurang Efisien
Tanah yang cocok untuk pertanian merupakan faktor penting untuk perkembangan ekonomi bagi negara-negara terbelakang (berkembang). Mata pencarian sebagian besar (60—70%) penduduk negara berkembang adalah sektor pertanian. Namun, dilihat dari produktivitasnya, hal tersebut masih rendah. Ini disebabkan oleh bermacam-macam faktor yang berkaitan dengan kondisi negara terbelakang, misalnya terbatasnya kapital, alat-alat masih sederhana, teknik produksi yang tidak efisien, dan pemilikan tanah yang sempit. Oleh karena keadaan tersebut, para tuan tanah akan mempunyai hasil

lebih rendah dibandingkan negara-negara maju meskipun kondisi alamnya kurang menguntungkan. Hal ini disebabkan faktor produksi yang dimiliki negara maju sudah maju sehingga hasilnya lebih tinggi di negara-negara maju. Selain faktor tersebut, rendahnya produktivitas di negara berkembang juga disebabkan sistem “sewa tanah secara tradisional”, yaitu penyewa tanah
tidak punya dorongan untuk menjaga kesuburan tanah meskipun mereka tahu hanya akan menguntungkan tuan tanah. Demikian juga sistem shifting cultivation (perladangan berpindah-pindah) yang banyak mengakibatkan erosi tanah. Satu orang memiliki tanah yang terlalu luas menyebabkan ketidakefisienan. Oleh karena itu, perlu kiranya land reform benar-benar dilaksanakan sampai bawah.

10. Rendahnya Tingkat Tabungan
Terbatasnya tabungan dalam negeri merupakan perintang utama bagi perkembangan perekonomian dengan cepat. Pendek kata, pembangunan ekonomi sebaiknya didasarkan pada sumber-sumber ekonomi yang terdapat dalam perekonomian sendiri, sedangkan modal asing hendaknya hanya sebagai suplemen. Untuk itu, tabungan di negara berkembang sebaiknya ditingkatkan. Usaha pokok yang bisa dilakukan ialah mengembangkan tabungan dalam negeri, baik tabungan swasta maupun tabungan pemerintah. Pendapatan dari pajak untuk investasi sebagai tabungan paksaan dapat pula digunakan atau penghasilan pajak dapat dipinjamkan pada sektor swasta untuk investasi.

Pada umumnya, tabungan di negara berkembang relatif rendah karena rendahnya tingkat pendapatan dan ini karena rendahnya produktivitas penduduk. Oleh karena itu, berhubung tabungan dalam negeri kurang, negara berkembang harus dapat memberi daya tarik bagi investasi asing agar mau menginvestasikan modalnya di dalam negeri untuk perkembangan perekonomian. Kemudian, untuk penyalurannya ke investasi produktif, dapat dilakukan melalui perbankan yang kemudian pihak bank menyalurkannya kepada para petani dan pedagang kecil, tetapi tetap harus diawasi agar ekspansi kredit inflator (inflationary credit expantion) tidak terjadi.

Untuk itu, sistem perbankan harus diperbaiki. Selain itu, kapital dapat dibentuk melalui pajak, karena dengan menaikkan tarif pajak akan dapat menarik dana dari konsumsi dipindahkan ke sektor investasi yang produktif. Inflasi juga merupakan cara yang baik sebagai alat pembelanjaan pembangunan, yaitu dengan cara mengurangi konsumsi dengan menaikkan harga-harga. Dalam hal ini pemerintah dapat menciptakan inflasi dengan menambah jumlah uang yang beredar. Cara ini cukup baik pada tahap awal karena akan mendorong pengusaha bekerja lebih giat menaikkan pendapatannya. Akan tetapi jika jangka panjang akan membawa penderitaan terutama bagi yang pendapatannya tetap. Lebih-lebih jika sampai terjadi hyperinflation. Oleh karena itu bagaimanapun pembentukan kapital melalui inflasi tetap merupakan pembentukan kapital yang salah arah (misdirectionof capital formation).

E. MASALAH PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
--- --- --- --- --- ---
Proses pembangunan ekonomi di Indonesia tidak secepat dan seberhasil pembangunan ekonomi di negara-negara lain. Hal ini disebabkan banyak sekali hambatan yang dihadapi pemerintah. Lalu, apa sih hambatan yang dihadapi Indonesia dalam melakukan pembangunan ekonomi? Untuk menjawab pertanyaan ini, silakan pahami dengan saksama penjelasan di bawah ini. Hambatan yang dihadapi Indonesia dalam melakukan pembangunan ekonomi sebagai berikut :

1. Tingginya Jumlah Pengangguran
Ini merupakan masalah klasik yang belum juga terselesaikan secara tuntas. Dari tahun ke tahun, masalah jumlah pengangguran di Indonesia kian bertambah. Belum ada solusi yang jitu untuk mengatasi tingginya angka pengangguran sampai saat ini. Pengadaan lapangan kerja saja dirasa tidak cukup untuk menekan angka pengangguran di negara kita.

2. Tingginya Biaya Produksi
Sudah menjadi rahasia umum di dunia industri negara kita bahwa selain biaya produksi cukup tinggi, belum lagi ditambah dengan biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Namun, karena faktor keamanan di negara kita masih sangat minim dan ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung dan melindungi sektor industri, terdapat pungutan-pungutan liar yang bahkan akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan. Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah ini. Bahkan, beberapa industri yang dinilai cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi pengimpor yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja dibandingkan dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di Indonesia lainnya.

3. Keputusan Pemerintah yang Kurang Tepat
Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat marak peredaran barang-barang dari Cina di negara kita, bukan? Nah, penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi ekonomi yang dirasa kurang tepat jika dilihat dari kondisi perekonomian Indonesia. Saat itu, pemerintah memutuskan bergabung dalam ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA). Akhirnya, terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari Cina.

4. Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka
Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi Indonesia. Masalah ini akan sangat terasa saat menjelang perayaan hari-hari besar, seperti Idul Fitri, Natal, dan hari-hari besar lainnya. Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, tindakan ini dirasa masih jauh dari penyelesaian masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.

5. Suku Bunga Perbankan Terlalu Tinggi
Perlu kita ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Suku bunga merupakan salah satu indikator sehat/tidaknya kondisi perekonomian Indonesia. Suku bunga yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah akan sangat memengaruhi perekonomian. Nah, suku bunga perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini

6. Nilai Inflasi Semakin Tinggi
Nilai inflasi akan sangat berpengaruh bagi kondisi perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, nilai inflasi tergolong tinggi sehingga banyak masalah ekonomi susulan yang terjadi karena inflasi ini. Selain itu, inflasi di Indonesia sangat ‘sensitif’ dan mudah sekali naik. Misalnya, walaupun hanya dipengaruhi oleh tingginya harga cabai rawit beberapa waktu yang lalu atau bahkan hanya gara-gara harga sembako di pasaran tinggi, nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, akan bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain.

7. Korupsi dan Inefisiensi Ekonomi
Masalah korupsi dan inefisiensi ekonomi meliputi berbagai macam kebocoran dalam ekonomi dan pembangunan. Selain korupsi yang murni, ada korupsi tidak langsung yang dilakukan melalui praktik-praktik mark up dalam pelaksanaan pembangunan proyek. Berbagai kebocoran ini menunjukkan pemakaian dana yang tidak produktif, termasuk pemilihan proyek-proyek yang tak bermanfaat. Praktik korupsi melibatkan dana negara yang terjadi akibat kolusi antara birokrat dan pengusaha berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang. Ini semua menimbulkan keadaan high cost dalam ekonomi. Selain itu, ada pula kebocoran-kebocoran ekonomi yang bermuara pada kebijakan-kebijakan pembangunan yang mengakibatkan inefisiensi ekonomi, seperti monopolisme-oligopolisme, pemberian fasilitas keagenan dan proteksi dalam industri dan perdagangan, serta berbagai kemudahan secara sembarangan bagi sekelompok kecil masyarakat.

8. Penyempitan Infrastruktur
Tidak ada pembangunan yang tidak dimulai dengan pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, listrik, air bersih, telepon, dan lain-lain. Selain ketidakmampuan SDM dan penguasaan iptek, juga ketidakmampuan dalam menyediakan dana dan alokasinya yang tak sesuai memengaruhi pula perkembangan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Secara umum, penyempitan infrastruktur (infrastructure bottleneck) telah terjadi di Indonesia. Dibanding dengan permintaan yang begitu besar terhadap investasi, jalan-jalan di Indonesia terasa sempit. Tenaga listrik dan air bersih terasa sangat kurang. Pada gilirannya, penyempitan infrastruktur ini akan mengakibatkan menyusutnya penanaman modal di Indonesia, khususnya di sektor industri. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa penyempitan infrastruktur bisa menjadi sumber inflasi yang sangat tinggi (hyper-inflation).

9. Ketidakmampuan Pengembangan SDM dan Penguasaan Iptek
Ketidakmampuan pengembangan SDM serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah inti dari semua persoalan ekonomi di Indonesia.  Dengan kemampuan dan produktivitas yang rendah itu, tenaga kerja Indonesia menjadi sangat mahal dalam proses produksi. Sebagai akibatnya, lemah pula industrialisasi Indonesia. Akibat selanjutnya adalah munculnya produk-produk yang tidak mampu bersaing di pasar dunia sehingga tidak mampu menghasilkan devisa.

Simak Video Presentasinya dibawah ini :




0 Comments